Tampilkan postingan dengan label Pasca budidaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pasca budidaya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Oktober 2013

PROSPEK PERDAGANGAN

Sidat  memiliki  potensi  yang  cukup  besar  untuk  dikembangkan  menjadi  komoditi perikanan   unggulan   karena   permintaan   dunia   yang   sangat   tinggi.   Masyarakat   Jepang merupakan konsumen ikan sidat terbesar dunia, dimana setiap tahunnya membutuhkan 150 ribu  ton  dari  250  ribu  ton  kebutuhan  dunia. Sayangnya,  dalam  beberapa  tahun  terakhir, populasi sidat populer dunia seperti Anguilla Japonica, Anguilla anguilla dan Anguilla rostrata mulai  menurun   drastis   karena   konsumsi  berlebihan,   ditambah   siklus   hidup   yang   rumit menyebabkan stok benih budidaya ikan ini masih mengandalkan hasil tangkapan alam. 
Menurunnya  produksi  sidat  membuat  dunia  mulai  melirik  ke  spesies  sidat  tropik  di Indonesia  yang ternyata  merupakan  pusat  sidat  dan  memiliki  12  spesies  dari  18  spesies yang ada di dunia. Indonesia yang memiliki sidat dengan jenis yang cukup beragam  belum dimanfaatkan   secara   optimal.   Kebanyakan sidat   yang   dipasarkan   merupakan   hasil tangkapan  dari  alam.  Sampai  saat  ini  jumlah  pembudidaya sidat  masih  sangat  terbatas, padahal potensi benih sidat (glass eel) di Indonesia cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antara    jumlah    produksi    benih    yang    dihasilkan    dari    alam    belum   sepadan dengan pemanfaatannya  untuk  pembesaran.  Dengan  demikian  perlu  diwaspadai karena  kenyataan di lapangan  justru  permintaan  ekspor  terhadap  benih  sidat  (glass  eel)  semakin  meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian. 
Dengan   adanya   Peraturan   Menteri   Kelautan   dan   Perikanan,   tentang   larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2009. 
Ukuran dan benih sidat yang dilarang adalah: 
1.   Benih adalah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. 
2.   Benih  sidat  adalah  sidat  kecil  dengan  ukuran  panjang  sampai  35  cm  dan/atau  berat sampai 100 gram per ekor dan/atau berdiameter sampai 2,5 cm. 
Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri sampai ukuran (100 gr, diameter  2,5  cm,  panjang  35 cm), dan  dapat  dilepas  ke  pasar  internasional  untuk  ukuran yang lebih besar. 
Pasaran di Jepang menghendaki ukuran konsumsi 190  gr/ sd 200  gr per ekor  yang disebut  'boko'  [150 gr s/d  220  gr,  panjang  s/d  80  cm  sekilo  6  ekor],  untuk  ukuran  small marketsize adalah 'futo' [100 gr - 150 gr, panjang mencapai 50 cm, sekilo 8 ekor]. 
Jika sudah dipaket menjadi sidat panggang (unagi kabayaki) kemasan adalah 110gr- 120  gr,  dan  150gr-160gr,  dalam  bentuk  sudah  dikemas  dalam  kemasan  vakum,  dari  sidat hidup kabayaki susut beratnya 20%. Harga  sidat  di  Tsukiji  Market  -  Jepang,  mencapai  7.000  yen  per  kg,  sekitar  Rp. 739.865  per kilo  gram,  untuk  unagi  kabayaki  (panggang  di  vakum)  harga  110gr  -  120  gr sekitar 1.260-1.500 yen (133 ribu s/d 158 ribu rupiah). 
Jadi  dapat  diperhitungkan  harga  jual  ke  Jepang,  tentu  akan  memudahkan  jika  di Indonesia  yang  di eksport  adalah  produk  olahan  (unagi  kabayaki),  bisa  juga  dalam  bentuk fresh frozen eel, frozen roasted eel (unagi kabayaki). Untuk pasaran dunia biasanya mereka menghendaki sidat hidup untuk pasar lokal, dan frozen eel. 

Pengiriman Sidat

Mengirim  sidat  hidup  dalam  jumlah  banyak  memerlukan  perlakuan-perlakuan  rumit selama pengangkutannya.  Sidat  terlebih  dahulu  ditempatkan  dalam  tangki-tangki  di  atas truk.  Waktu mengangkutnya  malam  hari  agar  suhu  udara  malam  dapat  menekan  suhu  air dalam  tangki  serendah-rendahnya.  Begitu  pula  dalam  mengisikan  air  dalam  tangki  harus menunggu   udara   malam   yang   sejuk.   Selama   perjalanan   pun   air   dalam   tangki   harus disirkulasikan dengan pompa air dan dihembusi udara segar dengan kompresor  yang cukup kuat guna menambah zat asam dalam airnya. 
Perbandingan bobot air dan sidat adalah 1:1. Hal ini berarti bahwa satu ton air (1.000 liter) hanya bisa untuk mengangkut sidat sebanyak satu ton (1.000 kg) sidat. Kalau per ekor sidat  berukuran  40  cm  rata-rata berbobot  250  gram,  maka  untuk  1.000  liter  air  hanya  bisa diisi 4.000 ekor sidat hidup. 
Ditempat  penampungan,  sidat  ditimbun  dulu  sementara  dalam  bak-bak  beton  yang harus  diberi peneduh  berupa  terpal  plastik,  kondisi  airnya  harus  disirkulasikan   dengan pompa air serta dihembusi kompresor. Dengan demikian suhu air tidak menjadi terlalu panas dan selalu mencukupi kadar oksigen terlarut. Setiap sidat yang kedapatan mati secepatnya disingkirkan agar tidak mengotori air bak lebih lama. Di dalam bak-bak penimbunan ini sidat bisa  disimpan  berminggu-minggu  asal  air  diusahakan  tetap  segar dan  sidat  tetap  kosong perutnya. 
Pengangkutan  sidat  hidup  juga  dapat  menggunakan  kantung  plastik  yang  diberi  zat  asam. 
Pergunakan  kantung  plastik  dua  lapis.  Masukkan  ke  dalamnya  10  kg  sidat,  masukkan beberapa butir es batu agar suhu air rendah dan aktivitas sidat turun. Masukkan zat asam, dan kantung diikat kuat. Masukkan kantung tersebut dalam dus untuk dikemas. 

Cara pengiriman melalui pesawat udara: 
Persiapan: 

  • Dalam  satu box Styrofoam  dapat diisi sidat seberat 20 kg, yang nanti ditambah dengan air 2 liter. 
  • Plastik yang digunakan untuk pengiriman adalah jenis plastik HD tebal. Pada ujung-ujung plastik lapis 2 tersebut diikat dengan karet untuk mencegah kebocoran dari ujung plastik. 
  • Oksigen, es batu (berat @0.5 kg sebanyak 2 buah), lakban, karet gelang disiapkan Penanganan sebelum ikan sidat dikemas: 


  1. Sidat di bius dengan cara; air kolam suhunya diturunkan sehingga berkisar 22-25  derajat Cel. dengan memasukkan es langsung ke dalam kolam berisi sidat. 
  2. Lalu siapkan plastik diisi air (dari kolam pembiusan sidat) sekitar 2-2.5 kg air, lalu es yang 1/2kg (2 buah) dimasukkan ke dalam plastik yang isi air tersebut. 
  3. Setelah sidat dimasukkan ke dalam plastik berisi air tersebut, lalu plastik diisi oksigen secukupnya (sesuai dimensi box styrofoam yang digunakan) kemudian diikat yang rapat dengan karet gelang. 
  4. Plastik yang berisi sidat tersebut lalu dimasukkan ke dalam box styrofoam yang sudah disiapkan, dilakban, lalu siap dikirim 


Pengemasan Sidat

Tahapannya adalah penimbangan, dan pengemasan. 
Perhitungan    sidat    dilakukan    secara manual  dengan  cara  sampling.    Cara ini   cukup   efektif.   Sidat juga   harus ditimbang   agar   diketahui   beratnya. 
Setelah diketahui jumlah dan beratnya, sidat   siap   untuk   dijual.

Tahap  terakhir  dari  proses  kegiatan  budidaya  adalah penanganan  pasca  panen.  Dengan  penanganan   pasca  panen yang   benar   diharapkan   nilai   jual   tidak   turun.   Ikan   sidat  mempunyai  nilai  jual  tinggi pada  saat  diperdagangkan  dalam kondisi   hidup   dan   segar   (dan   berkualitas   baik).   Untuk   itu diperlukan  cara  pengemasan  ikan  sidat  ukuran  konsumsi  akan menjamin kelangsungan hidupnya dari mulai penanganan panen di tambak sampai ke lokasi pasar. 
sistim  tertutup.  
Tahap  pengemasan  yaitu  ikan sidat  yang  telah  dipuasakan  diambil  untuk  ditimbang sebanyak  100 kg, kemudian  dipingsankan  di  wadah  yang  telah  diberi  es  batu sampai suhu mecapai 7 - 10 c 0, 
Setelah ikan sidat pingsan, dikemas dengan  plastik  yg  sudah  diisi  air  sebanyak  2/3  dari  volume. 
Tahap selanjutnya kantong tersebut diberi oksigen murni dan kantong diikat dengan menggunakan karet. Selanjutnya ikan sidat dikemas kantong plastik kemudian dimasukan ke dalam styrofoam, dan di sela-selanya diberi diberi batu es yang sudah dibungkus dalam plastik. 

Penanganan Sidat

Penanganan (handling) adalah penanganan ikan segar setelah ditangkap atau dipanen. Penanganan ikan segar hasil perikanan tangkap maupun budidaya pada prinsipnya hampir sama, yaitu menekankan pada kebersihan dan kualitas ikan agar diperoleh ikan segar dengan kondisi yang tetap prima.

Pada    pemeliharaan    sidat   secara   komersial   dan    dalam    jumlah    yang    besar, penanganan  pasca panen  perlu  mendapat  perhatian  yang  serius.  Hal  ini  agar  sidat  dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas. 

Sebelum  diolah  dan  diawetkan  daging  sidat  perlu  dibersihkan  dulu  dari  lendirnya. 
Lendir di kulit ikan mengandung banyak senyawa nitrogen dan merupakan sumber hara bagi mikro-organisme. Lendir juga mudah rusak dan menimbulkan aroma menyimpang pada ikan, dan    membuka   jalan    bagi    penetrasi    bakteri    lebih    jauh    lagi.    Untuk    memudahkan menghilangkan  lendir  bisa dengan  cara  memberi  abu  atau  menetesinya  dengan  air  jeruk nipis.  Selanjutnya  sidat  dicuci  bersih setelah  dikerok  badannya  dengan  pisau  tumpul.  Bagi yang ahli, belut bisa dikuliti. Konon kulit belut bisa diawetkan dan bisa dibuat sepatu. 

Setelah  lendir  bersih  kemudian  perut  dibelah  memanjang  dan  seluruh  isi  dalamnya dibuang agar dagingnya tidak pahit. Perut dibersihkan sampai tulang punggung, lalu insang dibuang   dan   ekornya   dipotong.   Kalau   mau   dibuat   dendeng,   kepala   dan   ekor   harus dihilangkan. Setelah itu dicuci bersih.