Tampilkan postingan dengan label PENGENALAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGENALAN. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Oktober 2013

KANDUNGAN GIZI SIDAT

Komposisi kimia hasil perikanan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah penyakit dan keturunan (jenis/gen). Sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik. Stadia fisiologis juga akan mempengaruhi komposisi. Pada stadia juvenile, remaja, matang gonad, dan pascamemijah komposisi kimia akan disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis dari hasil perikanan. 
]enis makanan yang tersedia juga mempengaruhi komposisi kimia ikan, sebagai contoh hasil penelitian yang memberikan perlakuan pakan tambahan dengan karbohidrat pada ikan Anguilla anguilla memperoleh komposisi sebagai berikut: air 57,21%, protein 15,89%, lemak 25,61%, dan abu 2,12%. Sebaliknya hasil penelitian terhadap ikan sidat (Anguilla bicolor) yang diberi pakan protein dengan kadar bervariasi yang berkisar antara 40,25-55,21 % menghasilkan protein 18,04-20,32%; air 67,79-70,73%; lemak 7,23-8,01 %; abu 2,69- 3,20% dan serat kasar 0,73-0,77%. Semakin tinggi kadar protein pakan yang diberikan semakin tinggi pula kadar protein daging ikan yang terukur. 
Ikan sidat yang ditangkap dari alam khususnya Anguilla bicolor termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi. Penelitian Saleh (1993) menghasilkan protein berkisar 17,5- 21,5%, air 71,5-75,9%, lemak 3,3-9,5% dan abu 1,0- 1,6%. 
Beberapa tahun belakangan ini ditemukan bahwa ikan sidat mengandung berbagai asam lemak tak jenuh yang tinggi yang tak ada pada hewan lainnya, sehingga dapat merupakan makanan utama yang memenuhi nafsu makan manusia, tanpa perlu kuatir badan akan menjadi gemuk. Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa komposisi kimia ikan sidat baik dalam satu jenis maupun jenis yang berbeda kadarnya juga berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya adalah jenis makanan yang tersedia, sebagaimana terlihat pada Tabel 2 dengan pemberian protein yang semakin tinggi akan diikuti pula oleh kadar protein daging yang tinggi dan kadar air yang semakin rendah. Pakan dengan kadar protein 40,25% menghasilkan ikan dengan protein terendah dibanding pakan yang kadar protein 55,22%.
Selain kadar protein yang menentukan komposisi kimia ikan, kadar karbohidrat juga berpengaruh. Pemberian karbohidrat yang tinggi dapat menghasilkan ikan dengan kadar lemak tinggi sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ikan sidat yang rakus dan bersifat karnivor ternyata dengan pakan yang kaya karbohidrat juga bisa menghasilkan lemak tinggi, tetapi kadar proteinnya relatif rendah. Lemaknya dapat mencapai 25,61 %, protein 15,89%, dan kadar air 57,21 %. 
Berdasarkan jenis pakan yang diberikan sesungguhnya pengguna dapat memilih ikan yang diharapkan, apakah kaya protein atau kaya lemak serta teksur yang bagaimana. Komposisi kimia ikan ini tidak hanya ditentukan oleh pakan saja, tetapi juga ditentukan oleh fase fisiologis dari ikan tersebut. Namun untuk ikan sidat belum ada data akurat mengenai perbedaan komposisi yang disebabkan oleh fase fisiologis dari ikan. 
Rasa ikan sidat harum dan enak, disebut sebagai "ginseng air", fungsinya dalam memperpanjang umur dan melawan kelemahan dan penuaan tak ternilai. Sidat memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Dibanding ikan salmon, sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, zat wajib untuk pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 748 mg/100 gram. Kandungan EPA (Eicosapentaenoic acid) yang terdapat dalam ikan sidat sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram. Ikan sidat mempunyai kandungan asam lemak Omega 3 tinggi, yakni sekitar 10,9 gram per 100 gram. Omega 3 ini dipercaya mampu meningkatkan fungsi mental, memori, dan konsentrasi manusia. Zat yang banyak terdapat dalam lemak sidat ini juga terbukti mampu mengobati depresi, gejala penyakit kejiwaan atau schizophrenia. Mengkonsumsi ikan sidat dapat mengatur imunitas tubuh manusia, sebagai anti oksidan, menghilangkan racun tubuh, serta memperlambat penuaan. 
Ikan sidat adalah sejenis ikan yang mempunyai nilai gizi sangat tinggi, kaya akan protein serta vitamin D dan E, serta mempunyai mucoprotein yang kaya, disebut sebagai asam amino lemak ganggang dan asam ribonukleat. Ikan sidat juga terbukti mengandung vitamin A dengan kadar 100 kali lebih banyak dibandingkan ikan-ikan yang lain. Untuk 100 gram daging sidat mengandung 5000 IU vitamin E. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ikan sidat adalah rajanya ikan untuk kandungan nutrisi yang ada didalam tubuhnya, ini berdasarkan penelitian kedokteran modern yang menemukan bahwa kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ikan sidat sangat tinggi, di antaranya: 

1). vitamin B1, 25 kali lipat susu sapi 
2). vitamin B2, 5 kali lipat susu sapi 
3). vitamin A, 45 kali lipat susu sapi, 
4). kandungan zinc (emas otak) 9 kali lipat susu sapi. 

Teknologi menemukan bahwa daya hidup ikan sidat yang ajaib bersumber dari tulang sum-sumnya yang besar dan kuat. Penelitian modern menunjukkan bahwa tulang sum-sum ikan sidat mengadung beratus-ratus jenis zat bergizi, gizi dan nilai farmakologinya yang istimewa telah mendapat perhatian yang luas dari para pakar. 
Sudah banyak terbukti, mengkonsumsi ikan sidat secara teratur dapat mendorong terbentuknya lemak fosfat dan perkembangan otak besar, bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat. Juga memperbaiki sirkulasi kapiler, mempertahankan tekanan darah normal, mengobati pembuluh darah otak. 
Banyak orang merasakan manfaat mengkonsumsi ikan sidat untuk penyakit rabun jauh, rabun dekat, glukoma dan penyakit mata kering disebabkan karena mata terlalu lelah. 
Minyak ikan sidat dibuat dari ekstrak sum-sum ikan sidat segar, mengandung tiga jenis nutrient penting yaitu: asam lemak omega 3 (DHA & EPA) , Phospholipids dan antioksidan Vitamin E. 

Siklus hidup sidat

Sidat berbentuk panjang bertulang tipis ordo Anguilliformes. Karena nelayan dahulu tidak pernah mengetahui anakan sidat, siklus hidup sidat adalah misteri untuk jangka waktu yang sangat panjang dalam sejarah ilmiah perikanan. Sidat tumbuh besar di perairan tawar, setelah dewasa kembali ke laut untuk berpijah.
Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah.
Pada stadium larva, sidat hidup di laut. Bentuknya seperti daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan leptocephalus. Larva ini hidup terapung-apung di tengah samudera. Leptocephalus hidup sebagai plankton terbawa arus samudera mendekati daerah pantai. Pada stadium elver, sidat banyak ditemukan di pantai atau muara sungai.
Panjang tubuh 5-7 cm, tembus cahaya. Burayak (anak ikan/impun) akan hidup di air payau sampai umur satu tahun. Ketika itulah sidat akan berenang melawan arus menuju hulu sungai. Setelah bertemu dengan perairan yang dalam dan luas, misalnya lubuk, bendungan, rawa atau danau, sidat akan menetap dan tumbuh menjadi ikan buas dan liar. Impun dewasa inilah yang selanjutnya dikenal sebagai sidat. Ketika itulah dia akan kembali ke laut lepas untuk kawin dan berkembangbiak. Setelah berpijah, induk akan mati. Pola hidup sidat bertolakbelakang dengan ikan salmon (Salmonidae). Salmon justru hidup di laut, tetapi kawin dan berkembangbiak di air tawar di pedalaman. Perilaku catadromous, tidak hanya terjadi pada sidat, melainkan juga udang galah.

  • Induk sidat yang telah melakukan pemijahan akan mati setelah menghasilkan telur. 
  • Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu satu  hingga sepuluh hari dan berubah menjadi larva sidat yang dikenal dengan leptochephalus. Larva sidat bersifat pasif dalam mencari makanan dan cenderung hanya mengambil makanan yang ada di sekitarnya. Leptochephalus secara berangsur-angsur akan menuju ke permukaan air sesuai dengan perkembangan tubuhnya. Larva tersebut akan bergerombol menuju ke lapisan air yang dangkal karena terbawa oleh arus permukaan laut menuju ke perairan tawar. Selama dalam perjalanan menuju ke perairan tawar, leptochephalus mengalami perubahan bentuk. 
  • Setelah di perairan pantai, leptochephalus biasanya telah berubah menjadi elver (sidat kecil). Elver akan hidup di perairan tawar hingga menjadi dewasa dan matang kelamin. 
  • Pasangan induk sidat yang telah matang kelamin akan berusaha memijah ke laut.

Habitat ikan Sidat

Sidat termasuk ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa berada di hulu sungai atau danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya dan memijah disana. Memijah di kedalaman laut hingga lebih dari 6.000 m, telur-telur naik ke permukaan dan menetas menjadi larva. Larva sidat yang terbawa arus, bermetamorfosa menjadi leptocephalus (berbentuk seperti daun), dan terus mengarungi samudera menuju ke pantai/perairan tawar. Setelah mencapai pantai dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun, sudah berupa glass eel dengan tubuh transparan hingga terlihat insang (berwarna merah terang) dan hatinya. Di Pelabuhan Ratu, glass eel mencapai muara sungai dengan ukuran 45-60 mm (0,15 - 0,2 g), sedang di Eropa mencapai
ukuran 75-90 mm. Mencapai pantai, glass eel memasuki muara sungai dan terus naik dan hidup di hulu-hulu sungai, danau, dan rawa, atau tinggal di perairan rawa pasut atau perairan payau.
Tubuh sidat bersisik kecil-kecil membujur, berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil yang masing-masing kumpulan-kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan-kumpulan di sampingnya. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan seperti ular. Warna tubuh abu-abu gelap di punggung, di bagian dada/perut berwarna keputihan. 
Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. 
Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan jumlah tulang belakang. 
Sidat termasuk ikan karnivora (pemakan daging). Sama halnya dengan belut sawah (Monoterus albus/Fluta alba), lele (Clarias batracus), dan gabus (Ophiocephalus striatus). Di alam aslinya, sidat memangsa ikan, kodok, udang, dan juga sesama sidat (kanibalisme). Kanibalisme akan terjadi apabila populasi sidat dalam satu koloni sangat besar, tetapi volume pakan kurang.

Kamis, 26 September 2013

Klasfikasi, morfologi dan anatomi Sidat

Klasifikasi Sidat (Anguilla)
Beberapa ahli, antar lain Djajadireja (1952), mengklasifikasikan sidat dalam tata nama sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Euchordata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinoptrygii
Infrakelas : Teleostei
Superordo : Elomorpha
Ordo : Anguiliformes
Famili : Anguilidae
Genus : Anguilla
Species : Anguilla spp.
Morfologi dan Anatomi Sidat (Anguilla)
Selintas sidat mirip dengan belut. Tubuhnya bulat dan panjang, warnanya juga sama yaitu kuning, abu-abu, cokelat, dan terkadang hitam. Namun bila diperhatikan, ikan ini berbeda dengan belut, yaitu adanya sirip dada (pectoral fin) di belakang kepalanya (meski ada beberapa jenis tidak memiliki sirip ini); sirip punggung (dorsal fin) dan sirip duburnya (anal fin) langsung menyatu hingga sisrip ekor (caudal fin) membentuk suatu pita lembut. Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang. Memiliki kepala, perut, dan ekor. Bentuk dan sirip (kiri), dan mulut (kanan). antara panjang dan tinggi 20 : 1. Kepala sidat berbentuk segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan terhadap sinar matahari karena sidat termasuk binatang malam (nocturnal). Oleh sebab itu, tempat pemeliharaan sidat, terutama pada tahap pendederan, harus diberi peneduh berwarna hitam. Mulut sidat berfungsi untuk mengambil makanan. Mulut sidat membelah hampir di sepanjang bagian kepala. Hidung sidat sangat kecil, berfungsi untuk alat penciuman. Tutup insang berada di bagian bawah kepala atau di depan sirip dada. Sebagian besar spesies ikan ini  nokturnal (aktif di malam hari), hingga kita jarang melihatnya di alam; hanya kadang kita melihatnaya di lubang-lubang atau di tempat khusus yang kadang dikeramatkan orang. Sebagian species hidup di
perairan lebih dalan di paparan benua dan diderah dengan kedalaman hingga 4.000 m. Hanya yang termasuk dalam famili Aguilidae yang secara teratur mendiami perairan tawar namun juga kembali ke laut untuk memijah. Berbeda lagi dengan yang disebut sidat listrik (Electrophorus electricus), merupakan penghuni sungai Amazon dan sungai Orinoko yang memiliki kekuatan listrik mencapai 650 volt yang digunakannya untuk berburu mangsa dan membela diri. Kejutan listrik yang dihasilkan oleh ikan ini cukup untuk membunuh seekor kuda dari jarak 2 meter. Cara kerja penghasil listrik pada ikan ini dapat digunakan sangat cepat
mencapai dua hingga tiga perseribu detik. Ketika gelisah, ia mampu menghasilkan guncangan listrik selama setidaknya satu jam tanpa tanda-tanda melelahkan.Ia bisa tumbuh hingga panjang 2,5 m dan berat 20kg, walaupun biasanya ukuran rata-ratanya adalah 1 meter 

Di Indonesia sendiri ada tujuh jenis dari total 18 jenis di dunia. Dari tujuh jenis itu, dapat digolongkan menjadi dua yaitu yang bersirip dorsal pendek dan yang bersirip dorsal panjang. Yang bersirip dorsal pendek adalah Anguilla bicolor dan Anguilla bicolor Pacifica. Sedang yang bersirip dorsal panjang adalah Anguilla borneoensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris.
Sumber daya alam Indonesia sangat mendukung. Pertama, Indonesia beriklim tropis, hujan dan kemarau yang sangat baik bagi kehidupan sidat. Kedua, Indonesia memiliki sumber benih yang sangat melimpah.
Teknologi budidaya sidat sudah mulai dikuasai dan relafit mudah. Selain itu, pembudidaya sidat masih sangat sedikit, sehingga usaha ikan ini terbuka lebar. 
Usaha komoditas sidat yang ada di Indonesia selama ini ada tiga segmen, yaitu penangkapanhttp://sidatpurwakarta.blogspot.com/search/label/Pembenihan, pendederan, dan pembesaran, disamping usaha perdagangan terutama ekspor.